Solidaritas Mahasiswa Papua Unipa-Manokwari gelar Aksi Memperingati 35 Tahun Harinya Kematian Legendaris Kedua Tuan Seniman Papua Edwar Mofu Dan Arnol. C. Ap
"Saat photo bersama Usai Aksinya"
Manokwari, Wagadeinews - hari ini, Jumat (26/04) Sore, melalui Solidaritas Mahasiswa Papua yang menempuh Pendidikan di Kampus Universitas Papua Unipa-Manokwari Papua Barat mengadakan Aksi Mimbar Bebas untuk “Memperingati 35 Tahun Harinya Kematian Legendaris Kedua Tuan Seniman Papua Edwar Mofu Dan Arnol. C. Ap”, bertempat di depan Sekertariat BEM.
Aksi tersebut di ikuti oleh Tokoh Gereja alias Bapak Pdt. Manggara, Tokoh Perempuan, Ibu Awin Welly Wambrau, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda Sodara Steven Owagai, Grup Musik Asrama Petormaks, Perwakilan 7 wilayah adat di Papua bersama puluhan mahasiswa-Unipa.
Aksi ini di awali dengan berbagai orasi tentang pelestarian Budaya Lokal Papua di antaranya: Lagu Daerah, Pakean Adat, Bahasa Daerah.
Dalam aksi berlangsung di bacakan sejarah singkat dari Grup Musik “MAMBESAK” bersamaan dengan sejarah singkat dibunuh kedua Tuan Seniman Papua Edwar Mofu Dan Arnol. C. Ap di lakukan dengan pemasangan 1000 Lilin dan di iringgi dengan Lagu-lagu “MAMBESAK”.
Usainya aksi wartawan media ini menayakan tentang aksi tersebut kepada Kooodinator Lapangan, Erik Aliknoe. “hari ini, hari dibunuh Tuan Arnol. C. Ap oleh TNI dam POLRI tepatnya di Jayapura Pada Tahun 1984”,
“dari TNI dan PORLI dengan cara untuk membunuh Tuan Arnol. C. Ap Seniman Papua ini alasan utama ia di duga menjadi anggota OPM”,
“Arnol. C. Ap adalah seorang Akademisi juga ia perna menjadi Dosen di Universiatas Cendrawasi Papua Uncen-Jayapura dan selain itu juga ia seorang Seniman, Adat dan Budaya Lokal Papua” Ungkapnya.
Erik menjelaskan “bangsa yang benar adalah bangsa yang memiliki Buda, Adat, Bahasa Daerah dan Seni Lokal”,jelasnya.
Lanjut-“ia mengajak mulai hari ini, tidak ada perbedaan antara kita Ko dari Papua Gunung Ko dari Papua Pantai tetapi kami adalah satu yaitu Orang Papua Kulit Hitam Keriting Rambut” ajaknya
Sebagai perwakilan mahasiswa Adolof Dimi mengajak kepada generasi di Papua bahwa “kita harus sadar karena perkembangan Dunia sekarang mengarahkan kita bagaiman melihat hegemoni pendidikan, ekonomi, kesehatan dan pembangunan yang di bangun di Papua itu tidak di lestarikan tetapi dihilankan saja oleh sebab itu kami mahasiswa-Papua kami dilestariakan adat, budaya, seni dan bahasa kami yang di ajarkan oleh orang tua kami, kawan-kawan kalau bukan sekarang kapan lagi kalau bukan kita siapa lagi”, tegasnya.
Lanjut, Dan saya tegas tegaskan kepada kami semua generasi Papua mulai hari ini kami di wajibkan dengar "Lagu-lagu Mambesak atau lagu dalam bahasa sendiri guna untuk mempertahankan budaya, adat dan bahasa daerah kami", tegasnya.
Saat itu juga kata Ibu Awin Welly Wambrau, “saya sebagai mama saya bangga terhadap mahasiswa Unipa yang telah melaksanakan kegiatan ini, kegiatan ini sangat berguna bagi geenerasi sekarang di Papua supaya mereka bisa mengenal adat dan budaya, bahasa daerah sendiri”, kata mama Welly.
Waktu sama Bapak Pdt. Manggara menggaku tentang Grup Musik Mambesak “waktu itu saya se umurang SD saya perna ikut dengan Grup Mambesak ini dan saya Pegan Bas dan Tuan Arnol. C. Ap adalah pegan Jukulele dan Vokalis dan saat itu yang kami perna menyayi dalaam bahasa daerah papua dan saat kami menyayi kami selalu memakai pake-pakean adat masing-masing suku dan yang perna kami di rekam sebanyak 135 Lagu”,
Lanjut-“budaya dan adat itu ciptaa Tuhan dan Tuhan taru buat anak negeri bangsa Papua diatas tanah ini, adat dan budaya ini kami harus di kembangkan di tanah karena ini adalah Undan-undan Tuhan Allah dan Undan-undan Alam Papua”, terannya.
[Y. M. Wagadei]
Komentar
KITONG PAPUA